JAKARTA - Program Sekolah Rakyat yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto membuka babak baru dalam pemerataan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu, khususnya mereka yang berada di desil 1 dan 2 Data Terpadu Kesejahteraan Sosial Ekstrem Nasional (DTSEN). Berbeda dari sekolah umum, Sekolah Rakyat dirancang sebagai lembaga pendidikan terpadu yang menyatukan pembelajaran akademik, karakter, dan keterampilan vokasi dalam satu ekosistem yang utuh.
Dengan pendekatan ini, pemerintah menargetkan lulusan Sekolah Rakyat tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kemampuan hidup, etos kerja, serta kesiapan berwirausaha. Siswa yang memiliki potensi melanjutkan pendidikan tinggi juga akan didampingi dan diberi akses beasiswa.
Kolaborasi antara Kementerian Sosial dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menjadi pilar utama terlaksananya program ini. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Sekolah Rakyat tetap berada dalam koordinasi Kementerian Sosial, sementara kementeriannya berperan dalam penyediaan guru dan penyusunan kurikulum. Ia memastikan kurikulum yang disiapkan akan dirancang adaptif mengikuti kebutuhan dunia kerja dan perkembangan pendidikan nasional.
Di sisi lain, Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menekankan dua fokus kurikulum yang diterapkan: pendidikan formal dan pendidikan karakter. Karena sistemnya berbentuk boarding school, pembentukan kepribadian, kedisiplinan, dan nilai kebangsaan menjadi perhatian besar agar siswa tumbuh sebagai pribadi yang kuat dan berintegritas.
Kurikulum Sekolah Rakyat dibangun melalui tiga pilar utama: pendidikan formal, pendidikan karakter, serta pendidikan vokasi dan kewirausahaan. Pendekatan multi entry–multi exit memberi ruang bagi siswa untuk mengikuti pendidikan sesuai kesiapan dan kebutuhan mereka, sehingga tidak terikat sepenuhnya pada kalender akademik konvensional. Selain itu, pemanfaatan teknologi digital melalui Learning Management System (LMS) memungkinkan pemantauan perkembangan belajar secara lebih akurat dan personal.
Sebelum masuk pembelajaran formal, siswa akan mengikuti kurikulum persiapan selama dua minggu yang memuat pelatihan fisik, kedisiplinan, dan pembentukan mental. Melalui pendekatan ini, Sekolah Rakyat berupaya memastikan setiap siswa siap menghadapi perjalanan pendidikan dengan kondisi fisik dan mental yang lebih stabil.
Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama 2, Maragoti, menilai bahwa keberadaan program ini menjadi wujud nyata keberpihakan negara kepada kelompok miskin ekstrem. Menurutnya, siswa di Sekolah Rakyat tidak hanya diberi pendidikan gratis, tetapi juga diberi kurikulum yang lebih relevan dengan perubahan zaman serta kebutuhan ekonomi masyarakat.
Dengan segala keunggulan tersebut, Sekolah Rakyat diharapkan mampu memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan yang berkualitas dan holistik. Program ini mempertegas komitmen pemerintah dalam membuka akses pendidikan yang layak bagi seluruh anak bangsa, sekaligus menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan.*



