Jakarta – Presiden Prabowo Subianto resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Zainal Abidin Syah dari Tidore pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2025. Gelar ini diberikan atas jasanya dalam mempertahankan Papua Barat dari upaya Belanda membentuk negara boneka di wilayah tersebut.
Sebagai Sultan Tidore dan Gubernur Irian Barat pertama yang ditunjuk Presiden Soekarno pada 23 September 1956, Zainal Abidin Syah memainkan peran penting dalam menolak rencana Belanda yang diumumkan pada 1 Desember 1961. Rencana itu mencakup pembentukan DPR Papua, pemberian lambang negara, serta penciptaan bendera dan lagu kebangsaan untuk Papua Barat.
Sultan Zainal Abidin Syah secara tegas menyatakan bahwa Papua Barat adalah bagian sah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia menolak segala bentuk intervensi dan penguasaan Belanda atas wilayah tersebut.
Papua Barat telah lama menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore. Kakek Sultan Zainal Abidin Syah, Sultan Nuku, yang juga telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, dikenal sebagai tokoh perlawanan terhadap kolonialisme Belanda sejak abad ke-17. Ia berhasil menyatukan rakyat Maluku dan Papua dalam perjuangan kemerdekaan.
Melanjutkan perjuangan leluhurnya, Sultan Zainal Abidin Syah melakukan berbagai langkah diplomatik, termasuk menyampaikan langsung kesetiaan Kerajaan Tidore kepada Presiden Soekarno di Yogyakarta.
Melalui Keputusan Presiden Nomor 220 Tahun 1961, Sultan Zainal Abidin Syah diangkat sebagai Gubernur Irian Barat. Dalam perannya, ia berhasil menyatukan berbagai kelompok suku di wilayah timur Indonesia, menciptakan stabilitas politik, dan memperkuat integritas nasional.
Penolakannya terhadap strategi Belanda untuk mendirikan negara boneka menjadi faktor kunci dalam menjaga Papua Barat tetap berada dalam pangkuan Indonesia.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Zainal Abidin Syah bukan sekadar penghormatan, tetapi juga penegasan bahwa Papua Barat bukanlah wilayah kosong. Wilayah ini telah lama menjadi bagian dari kerajaan-kerajaan Nusantara sebelum kolonialisme Belanda mencoba memisahkannya.
Ketegasan dan diplomasi Sultan Tidore menjadi simbol perjuangan mempertahankan kedaulatan Indonesia di ujung timur Nusantara.*



